Bagus berlari menuju
ke sekolah. Bagus mendadak berhenti. Dia melirik ke arlojinya. "Baru juga
jam 07.05… Kok udah di tutup sich? Disiplin banget…" Bagus menggerutu
dalam hati.
"GUS !!!"
"Aduh mak…!!
Eh..…" Bagus terlonjak kaget saat mendengar namanya di panggil. Bagus pun
menoleh. Dia melihat Rizky, teman sebangkunya.
"Duh, Ki…
Ngagetin Bagus ajah…"
"Loe telat juga,
Gus?" tanya Rizky.
"Bukan telat
juga, tapi telat lagi…"
"Gimana nih?
Pagar sekolah udah ditutup lagi…" kata Rizky bingung.
"Truz
gimana?"
Rizky pun
menyandarkan tubuhnya di tembok. Tiba-tiba dia tersenyum, seperti ada yang
menyalakan lampu beribu-ribu watt di otaknya. Dia langsung berseru, "TEMBOK
BELAKANG SEKOLAH!!!"
"Hah? Kenapa
tembok belakang sekolah? Roboh?" tanya Bagus polos.
Rizky pun menarik
tangan Bagus, dan berlari menuju tembok belakang sekolah.
"Rizky, kita mau
ke mana? Truz ngapain?" tanya Bagus dengan tampang konyol.
"Mau ke mall
teruz nge-dugem!!!" jawab Rizky sebal. "Ya mau lompat lah…!!!"
"WHAT??
Lompat?"
"Iya kita…"
"Ki.....kita?"
"Ga, loe ajah
sono… Ya iya lah, masa ya iya donk…"
Setelah beberapa
menit, mereka pun sampai. Lalu Rizky naik duluan, dan akhirnya Rizky pun sampai
di bagian atas tembok. Lalu dia menyisir rambutnya yang berantakan dengan
tangannya. Kemudian dia berseru, "Gus, ayo naik…!!!"
"Ogah!!! Gue ga
mau lompat. Bagus khan takut. Loe tega, Ki…" seru Bagus.
"Loe mau lewat
depan? Ketemu satpam? Silaturahmi ke ruang BK?" tanya Rizky.
Bagus terdiam.
"Bagus mau lewat depan ajah dech…" Dia membalikkan badan dan berlari
menuju gerbang sekolah. Rizky hanya geleng-geleng kepala.
Setelah menunggu
kira-kira 10 menit, akhirnya Bagus pun kembali. Dia berlari dengan wajah yang
merah.
"Gile tuch
anak…" sahut Rizky sambil tertawa. "Wajahnya ancur, larinya juga
pincang. Abiez di hajar massa kale? Atau jangan-jangan, dia kejar-kejaran sama
satpam?"
"Aduuuuuuuhhhh…..
Gue cape banget…" sahut Bagus. Akhirnya ia memanjat tembok, di bantu
dengan Rizky.
Mereka lalu berlari
ke dalam sekolah. Sesekali menengok ke kanan ke kiri. Mereka berhasil mencapai
kelas tanpa di ketahui oleh siapa-siapa, bahkan ibu kantin sekali pun.
"Aduh, panas
ya... Mana banyak ojek... Engga becek lagi…" kata Bagus sambil melap
keringat di dahinya.
"Eh, liat tuch…
Pintu kelas kebuka…!!!" seru Rizky lega.
"So?" tanya
Bagus.
"Jam pertama
pelajaran Matematika. Kalo pintu kebuka, berarti Bu Ayu belum masuk kelas, atau
sedang keluar kelas…" jawab Rizky.
"Itu Bu
Ayu!!!" seru Rizky ketika mereka sudah sampai di depan kelas.
"Ha? Mana? Dia
keliatan cantik ‘n sexy ga?" tanya Bagus dengan penuh semangat. Bu Ayu
memang terkenal sexy dan cantik di sekolah.
"Yeeee…. Bu Ayu ga
bakal keliatan cantik kalo tau ada muridnya yang telat…!!!" seru Rizky.
****
"Aahhhhhh.........
Capeknya…" kata Bagus.
Bagus memutar
tubuhnya hingga menghadap ke belakang, dan dia tertarik pada Rizal yang tampak
sibuk.
"Loe ngapain,
Zal…?" tanya Bagus heran.
"Dia lagi sibuk
nulis surat." kata Rizky sambil menengok juga ke belakang.
"Surat?"
tanya Bagus dengan tampang polos plus terlihat konyol.
"Yupz…"
"Surat?"
Bagus bertanya lagi dengan tampang yang lebih konyol dan polos.
"Huaaahahahahahaha.....
Surat? Helloooo, pa kabar dengan teknologi? Gile loe, Zal..!!!" seru Bagus
sambil terus tertawa.
"Loe sekarang ga
hidup di jaman Belanda. Kasian Einstein udah susah-susah bikin telepon. Eh loe
malah masih pake teknologi jadul. Email khan ada. SMS kek minimal…"
"Bagus…"
kata Rizky sabar dan dengan nada yang bijaksana. "Einstein ga ada
hubungannya ama telepon…"
"M...maksud gue
Thomas Alfa Ed..."
"Itu penemu
lampu..." potong Rizky.
"Oooo...
Picasso..?"
"Dia
pelukis…"
"God
Bless…?"
"Itu nama
Band…"
"Leonardo de
Caprio…?"
"Dia bintang
film..." jawab Rizky yang udah mulai ga sabar.
"Masa Alexander
sich...?" tanya Bagus.
"Itu baru
bener…" jawab Rizky.
"Alexander siapa
dulu…?" Rizal tiba-tiba bertanya.
"Alexander Yang
Agung…" jawab Bagus dengan polos.
"AAARRRGGGHHHH…!!!
Itu sih bukan..." kata Rizky gemes. Dia heran kenapa Bagus bisa sampai
tingkat SMA kalo penemu telepon ajah dia ga tau.
"Ah, tau
ah...!!!" seru Bagus. Dia kembali melirik Rizal. "Loe nulis surat
apaan?"
"Itu surat dari
penggemarnya…" sahut Rizky sambil memainkan ponselnya.
"Wueeeeeeeee…."
kata Bagus tiba-tiba. "Loe main di film apa? Atau sinetron? Jangan-jangan
loe dah ngeluarin album, ya?"
"Album foto
kaleeeeeee…" kata Rizky.
"Apaan sich… Ini
tuch surat ga jelas tau…"
"Kalo ga jelas,
ngapain loe bales?" tanya Bagus.
"Wah, gue rasa
loe mesti denger cerita Rizal yang kemarin dech…" kata Rizky.
"Should
I…?" tanya Bagus ragu.
"Menurut Rizal,
kalo dia ga bales ntu surat-surat, dia bakal kena kutukan…"
Bagus terdiam. Dua
detik kemudian, dia tertawa terbahak-bahak.
"Kutukan? Ga
salah? Tadi surat sekarang kutukan. Loe dateng dari masa lalu, ya…?" tanya
Bagus dengan wajah konyol.
"Heh, gue nich
orang modern tau… Liat nich gaya rambut gue. Nich HP gue pake kamera, ada
MP3nya. Dan gue ga boong soal kutukan…"
"Zal, sugesti
ajah kale…"
"Emang kutukan
apaan sich? Berubah jadi cowok ganteng?" tanya Bagus.
"Emang sekarang
tampang gue ancur gitu?" tanya Rizal sewot.
"Gue khan dah
bilang, sugesti ajah kale…" kata Rizky.
"Yeeee...
Ngapain bawa-bawa ratu dangdut segala?" tanya Bagus heran.
"Hah?"
Rizal melongo.
"Ratu dangdut
apaan?" tanya Rizky.
"Itu tadi...
Sugesti…"
"Sugesti? Ratu
dangdut? Ga nyambung ah…" kata Rizal sambil berpikir.
"Itu… Elvi
Sugesti…" jawab Bagus.
"Yeeee… Ratu
dangdut mah Elvi Sukaesih, bukan Elvi Sugesti…" kata Rizky.
"Ooo, kalo gitu
gue salah jawab kuis donk…" kata Bagus dengan tampang polos.
****
Wuuuuzzzzz........
Gerakan Rizky secepat kilat. Nyaris tak terdengar.
"..........?"
Bu Ayu berhenti sejenak. Dia menoleh, lalu kembali meneruskan langkahnya menuju
Toilet Wanita dengan membawa baju ganti di tangannya.
Wuuuuuuuzzzzzz…....
GUBRAK!!!!!! Nah kalo yang ini Bagus.
"..........?"
Bu Ayu kembali menoleh. Kali ini dia kaget. Baju ganti yang di bawanya
terjatuh.
"Siapa,
ya…?" tanya Bu Ayu bingung.
"Kuuuucccccciiiiieeeeennngggg....."
jawab Bagus dengan bahasa kucing ilmiah yang baik dan benar.
Entah karena kaget
yang luar biasa, Bu Ayu percaya saja. Lalu dia membungkuk mengambil baju
gantinya yang terjatuh di lantai. Adegan ini jelas-jelas memperlihatkan tubuh
seksi Bu Ayu. Lalu Bu Ayu kembali melanjutkan jalannya ke Toilet.
"Rizky, tolongin
donk… Sakit nich…" rintih Bagus.
"Sssstttttt...
Bawel loe, Gus… Udah ayo, jangan sampe kita ketahuan sama Bu Ayu." kata
Rizky.
Setelah sampai di
Toilet Wanita, Rizky menyiapkan handphone cameranya. Dia tersenyum kepada
Bagus.
"Kita mesti
cepet nich…" kata Rizky.
"It's show
time…" bisik Bagus.
Rizky pun menaiki tong
sampah. Tidak beberapa lama, dia terjatuh. GUBRAK!!!!!!!
"Heh, ngapain
kalian di sini..?" tanya Bu Ayu kesal.
"Aaaa....
aaaaa... aa... aaanuuu... Bu... Kita…Kita mau tanya soal matematika.. Yang ini
nih Bu…" Rizky mengalihkan perhatian.
"Iya Bu… Kita masih
bingung…" sambung Bagus.
Rizky dan Bagus hanya
cengar cengir. Sementara Bu Ayu memperlihatkan wajah kesalnya.
***
Rizky dan Bagus kini
berada di ruang BK. Mereka terdiam. Di hadapan mereka, kini ada Bu Buraidah,
guru BP di sekolah. Panggil saja dengan sebutan Bu Bur.
"Rizky!!!
Bagus!!! Kalian sudah sangat keterlaluan!!! Bu Ayu khan guru kalian, ngapain
pake diintip segala? Mengintip itu perbuatan yang sangat berbahaya, tau tidak?
DANGEROUS !!!"
"Apanya yang
bahaya, Bu? " tanya Rizky.
"Kalo misalnya
waktu kalian ngintip, mata kalian dicolok ama setan gimana? "
"Ya sebelum itu
kita colok dia ajah duluan…" jawab Bagus nyante.
"Cukup!!! Diam
kalian!!!" bentak Bu Bur. "Sekarang jelaskan kepada saya, apa motivasi
kalian untuk melakukan tindakan mengintip Bu Ayu?"
"......."
Rizky hanya terdiam.
"......."
Bagus juga ikut diam.
"Ayo jelaskan!!!
Kenapa kalian diam saja?" tanya Bu Bur.
"Tadi Ibu bilang
kita di suruh diem…" jawab Rizky.
"Betul, Bu. Saya
saksinya, dan hasil terakhir check up kesehatan, kata dokter, gendang telinga
dan susunan saraf pendengaran saya masih normal kok, Bu…" jawab Bagus.
"ARRGGHHHH!!!
Sudah, sudah… Sekarang kalian harus jawab pertanyaan saya tadi. CEPET!!!"
"Bu…" Rizky
mengacungkan tangannya. "Jawabannya harus dengan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sesuai EYD…"
"Bu, di kumpulin
sekarang atau di jadiin PR?" tanya Bagus polos.
"Kalian ini!!!
Jawab sekarang juga!!! Jangan ada yang nyontek, dan awas kalo kalian bohong,
Saya akan panggil petugas patroli hutan ke sini!!!"
"Buat apaan,
Bu…?" tanya Bagus.
"Nyunat perkutut
kalian sampai habis. Pake gergaji mesin…" jawab Bu Bur sebal.
Rizky dan Bagus
langsung menutup mulut mereka sambil menunduk ke bawah memastikan apakah
resleting celana mereka masih berfungsi dengan baik.
"Sss…saya cuman
iseng, Bu…" jawab Rizky.
"Kalo saya cuman
ikut-ikutan doank, Bu…" jawab Bagus.
"KALIAN
BERDUA!!!!! KELUAR SEKARANG JUGA DARI RUANGAN SAYA!!!!!!!!!!!!!!!"
Rizky dan Bagus
langsung keluar dan lari sejauh mungkin dari tempat itu.
"Gila… Bu Bur
serem banget…" kata Rizky setelah mereka sampai di kelas.
"Kalo kita tadi
ga cepet keluar, ancur dech kita… Eh, Rizal mana ??" tanya Bagus
"Ga tau… Di
kantin mungkin…" jawab Rizky.
"Ya udah, kita
ke kantin ajah, yuk…" ajak Bagus.
****
Sesampainya mereka di
kantin, mata mereka mencari-cari Rizal. Dan di seberang meja pojok, di situ lah
Rizal menetap.
"Itu Rizal… Kita
samperin, yuk…" ajak Rizky.
Rizal sedang asyik
mengamati gumpalan kenyal di antara telunjuk dan jempolnya.
"Zal, loe lagi
ngapain sich?" tanya Bagus yang dibarengi dengan Rizky yang duduk di
sebelahnya Rizal.
Rizal melirik Bagus
sekilas. Lalu dia kembali menatap benda aneh di tangannya itu dengan serius.
"Gue heran, Gus…
Nich benda aneh banget. Bentuknya kayak plastik, tapi pas gue pegang kok kayak
karet, ya…?"
"Masa sich? Coba
sini gue liat…" Bagus pun mengambil benda aneh itu dari tangan Rizal. Lalu
dia mengamatinya dengan serius, tapi dengan tampang yang konyol. Membuat Rizky
dan Rizal menahan tawanya.
"Aneh
khan?" tanya Rizal dengan tawa yang di tahan.
"Bener juga loe,
Zal… Dapet dari mana nich loe benda aneh?" tanya Bagus.
"Dari idung
gue....." jawab Rizal cengengesan.
Bagus terdiam sejenak
sambil berfikir tentang apa yang sedang terjadi. Dua detik kemudian.....
"Sialan loe…
Nich upil loe donk…" seru Bagus.
"Bukan, bukan…
Itu sejenis jamur kuping dari Belanda. Hehehehe… Sumpah… pocong di
sekolah…" kata Rizal sambil mengacungkan kedua tangannya.
"Nich!!! Loe makan
tuch jerih payah loe sendiri…" Bagus dengan kesal menyodorkan secara kasar
benda aneh itu ke mulut Rizal. Rizal pun gelagapan.
"Puih...
Hhhuuuuuoooooeeeeekkkkkk…."
--- TBC ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar